Para Pandawa Adalah 5 Kesatria Sebagai Putra Allah Yang Unik

Para Pandawa Adalah 5 Kesatria Sebagai Putra Allah Yang Unik

Antareja, Sang Penguasa Dunia Bawah Tanah

Antareja adalah putra Bima dengan Dewi Nagagini, putri dari Batara Anantaboga yang merupakan penguasa kayangan Saptapratala yang terletak di dasar bumi, di bawah tanah bersama para ular. Kelak Ia menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranwa, raja ular di Kerajaan Tawingaramada.

Raden Antareja memiliki kesaktian berupa semburan "bisa" yang dahsyat. Siapapun yaang tapak kakinya dijilat, akan menemui ajalnya. Antareja dapat memusnahkan Korawa tanpa perlu berperang, cukup hanya dengan menjilat tapak kaki mereka saja.

Bila hal ini terjadi, Prabu Kresna (penasehat Pandawa) khawatir bahwa sumpah-sumpah dan kutukan-kutukan yang seharusnya ditunaikan dalam Bharata Yudha tidak akan tertunaikan. Untuk itu, Prabu Kresna meminta Antareja untuk menjilat tapak kakinya sendiri, sehingga ia tewas seketika sebelum perang dimulai.

Gatotkaca dan Bima I Wikimedia Commons

Abimanyu, Sang Ksatria Pewaris Wahyu Mahkutarama

Abimanyu merupakan putra Arjuna dengan Dewi Sumbadra. Nama Abimanyu memiliki pengertian sebagai orang yang memiliki keberanian. Ia juga memiliki nama Angkawijaya dan Jayamurcita.

Selain keberanian, ia juga dikenal sebagai orang yang halus tingkah laku dan ucapannya, bertanggung jawab serta bekemauan keras. Persis seperti watak ayahnya.

Parikesit, Putra Abimanyu I Wikimedia Commons - Tropen Museum

Ia memiliki ilmu keprajuritan yang tinggi, karena ia dilatih dan dididik langsung oleh ayahnya, Sang Arjuna. Selain itu, ia juga gemar melakukan laku tapa dan mendapatkan pengajaran dari Begawan Abyasa, kakek buyutnya.

Buah dari itu semua, ia memperoleh Wahyu Makutharama, suatu wahyu yang menjadikan keturunannya sebagai raja-raja penerus mahkota Kerajaan Astinapura. Hal ini terbukti,memang dari keturunannyalah kelak yang akan memerintah Astina setelah Prabu Puntadewa turun takhta karena ingin menjalani dharma sebagai pertapa.

Abimanyu memiliki dua orang istri, yaitu Siti Sundari yang merupakan putri dari Prabu Kresna, dan Dewi Utari, putri Raja Wiratha, yang kemudian memiliki putra bernama Parikesit yang kelak akan menjadi raja di Astina.

Dalam Bharata Yudha, Abimanyu ,menjadi Senopati perang yang berani dan tangguh. Gelar pasukan Korawa kocar kacir dibuatnya. Dalam suatu pertempuran yang tidak seimbang, Abimanyu berhasil dipisahkan dari induk pasukan dan dikepung oleh para Kurawa.

Meskipun demikian ia tetap bertempur dengan gagah berani. Bahkan ia lebih menggila. Abimanyu berhasil menewaskan Lesmana Mandrakumara, putra dari Duryudana yang dipersiapkan menjadi putra mahkota Astina, sebelum akhirnya ia tewas dengan dihujani oleh ratusan anak panah Korawa.

Tubuhnya terlihat seperti landak, karena saking banyaknya anak panah yang menempel pada seluruh tubuhnya. Dalam pewayangan luka luka seperti ini dikenal dengan istilah Arang Kranjang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Pancawala, Putra Tunggal Puntadewa

Pancawala merupakan putra tunggal Prabu Puntadewa dengan Dewi Drupadi. Pancawala mempunyai karakter halus, pemberani dan berbakti pada orang-tuanya. Pancawala menikah dengan sepupunya Endang Pergiwati, putri dari Arjuna, yang juga pamannya dengan Dewi Manuhara.

Meskpin Pancawala terlibat dalam Bharatayuda, tetapi Ia berhasil selamat hingga perang itu berakhir. Kematiannya terjadi saat ia bertarung dengan Aswatama, putra Resi Durna yang berhasil menyusup masuk ke dalam perkemahan Pandawa sebagai balas dendam atas kematian dan kekalahan Korawa.

Penatua Jeffrey R. Holland menarasikan sebuah kisah tentang Musa

Tampilkan Bahasa Isyarat Saja

Hanya Bisa Download Publikasi

PRESIDEN Joko Widodo menyebut demokrasi di Indonesia sudah kebablasan. Praktiknya telah membuka peluang artikulasi politik ekstrem seperti liberalisme, radikalisme, fundamentalisme, sektarianisme, terorisme, serta ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Mungkin inilah jawaban kenapa demokrasi sebagai sebuah sistem pemerintahan yang dianggap paling baik dan kita anut untuk membawa kemajuan bangsa tetapi kenyataannya hingga kini tidak (belum) memberikan berkah, tetapi malah berujung masalah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebablasan adalah terlewat dari batas atau tujuan yang sudah ditentukan; keterlaluan. Berdasar pengertian ini, sesungguhnya yang keterlaluan itu orang (elite)-nya. Mereka mengunyah demokrasi kelewat batas, mengumbar selera (hak) tapi abai etika dan emoh kewajiban dan tanggung jawab.

Bila model elitenya demikian adanya, betapa pun eloknya suatu sistem, dipastikan itu tidak akan memberikan manfaat bagi rakyat. Justru itu mengancam entitas bangsa dan negara. Inilah yang dikhawatirkan akan terjadi bila kita tidak segera eling dan mengoreksi diri.

Berpijak pada narasi itu, bangsa ini, terutama para elitenya, mesti berintegritas dan memahami filosofi kehidupan berbangsa. Bukan hanya menuntut hak, melainkan juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab. Kemajuan bangsa tidak akan terwujud tanpa peran serta semuanya.

Konteks dengan itu, rasanya relevan ajaran Pangeran Sambernyawa (1725-1796) sebagai alternatif solusinya. Piwulang itu ialah Rumangsa melu handarbeni, wajib melu hangrungkebi, mulat sarira hangrasawani (Merasa ikut memiliki, wajib ikut membela, wawas diri).

Dalam dunia pakeliran, salah satu kunci utama kemajuan yang dicapai Negara Amarta, yang kondang pula bernama Indraprastha, berkat sikap dan dedikasi putra-putra Pandawa yang menjalankan petuah Tridharma tersebut. Mereka tidak pernah menuntut hak, sebaliknya justru mempertaruhkan jiwa raga demi kejayaan Amarta.

Mental luhur seperti itu karena dilandasi pemahaman yang jernih terhadap jerih payah dan perjuangan para pepunden mereka, Pandawa (Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula, dan Sadewa) ketika berjibaku mendirikan Negara Amarta.

Pandawa menyabung nyawa di atas lahan belantara yang bernama Wanamarta. Wilayah itu sejatinya merupakan kerajaan siluman yang dipimpin Prabu Yudhistira. Pengertian akan nilai-nilai sejarah itulah yang membuat mereka tidak hanya ingin berpangku tangan menikmati kemerdekaan, tapi juga berkewajiban dan bertanggung jawab untuk ikut serta memajukan bangsa dan negara. Bekalnya bukan sekadar kesadaran, mereka juga menjalani laku prihatin untuk mengasah sekaligus menebalkan kualitas jiwa kesatria.

Para putra pandawa yang terceritakan dalam dunia pakeliran, antara lain, Pancawala (putra Puntadewa), Antareja, Gathotkaca, dan Antasena (putra Werkudara), Abimanyu, Prabakusuma, Wisanggeni, Irawan, Sumitra, Prabakusuma, Bratalaras, dan Wijanarka (putra Arjuna), Pramusinta (putra Nakula), Srutakirti, dan Suhotra (putra Sadewa).

Dalam seni pedalangan, dari sejumlah kesatria itu, yang sering dikisahkan ialah Gathotkaca, Antareja, Antasena, Abimanyu, dan Wisanggeni. Mereka merupakan pilar-pilar terdepan, terutama dalam menjaga kedaulatan Amarta. Mereka merepresentasikan pertahanan solid tiga matra, yakni udara, darat, dan laut. Udara dikomandani Gathotkaca. Lalu Abimanyu bertanggung jawab atas keamanan di darat. Antareja mengawal dalam perut bumi, sedangkan Antasena menjaga kedaulatan laut. Mereka melaksanakan tugas dengan penuh pengabdian sehingga Amarta aman dan damai.

Keempat kesatria utama itu juga memiliki tanggung jawab terhadap kesatrian masing-masing. Gathotkaca di Kesatrian Pringgondani yang sesungguhnya negara yang juga memiliki rakyat. Namun, ia lebih berkonsentrasi untuk kejayaan Amarta. Abimanyu berdomisili di Kesatrian Plangkawati, Antareja bertempat tinggal di Kesatrian Jangkarbumi, dan Antasena berada di Kisikarmada.

Wisanggeni sehari-hari berada di Kahyangan Daksinapati. Namun, bila para saudaranya kerepotan dalam mengemban tugas, ia akan turun ke marcapada memberikan pencerahan dan jalan keluar. Tidak ada masalah yang tidak bisa terselesaikan bila ia campur tangan.

Dalam kiprah mereka, para putra Pandawa selalu bersikap merasa memiliki Amarta. Karena itu, mereka terpanggil untuk membelanya. Pada titik ini mereka setiap saat siap menyerahkan jiwa raga. Mereka juga terus mengoreksi diri agar senantiasa berada dalam kebenaran rel perjuangan.

Puncak pengabdian dan pengorbanan para putra Pandawa demi kejayaan Amarta sekaligus keluhuran Pandawa ketika pecah perang Bharatayuda. Yakni, pertempuran antara Pandawa dan Kurawa di Kurusetra yang melambangkan perangnya nafsu kebaikan melawan keburukan. Mereka semua maju ke pelagan dengan gagah berani.

Kodratnya, semua putra Pandawa gugur sebagai kusuma bangsa. Pengorbanan mereka tidak sia-sia karena Pandawa pada akhirnya berjaya sehingga menyatukan Amarta dengan Astina, warisan orangtua mereka. Semangat perjuangan mereka diilhami slogan tiji tibeh (mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh). Artinya kurang lebih mati satu mati semua, sukses satu sukses semua. Inilah yang membuat mereka solid dalam perjuangan. Ini juga merupakan ajaran Pangeran Sambernyawa yang bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.

Dikontekskan dengan bangsa ini, adalah kewajiban dan tanggung jawab semua putra bangsa untuk menunaikan cita-cita founding fathers menuju Indonesia maju.

Sistem demokrasi yang kita pilih saat ini semestinya sebagai ‘tool’ untuk mencapai tujuan, bukan malah ditunggangi untuk memburu kepentingan sempit dan sesaat.

Tentu, ajaran Pangeran Sambernyawa tersebut perlu diejawantahkan dalam situasi kekinian. Kita berkewajiban dan bertanggung jawab sesuai dengan bidangnya. Dalam bahasa dalang Ki Manteb Soedharsono, menurut pakemnya masing-masing. Bila semua bersatu dan solid gumregah cancut tali wanda (bersemangat dan serius berkarya), negara ini pasti mencapai kejayaannya. (M-4)

ONO SARWONO [email protected]

Tokoh Wayang, Putra-Putra Pandawa Yang Masyhur

Tokoh Wayang Pandawa Lima yang terdiri dari Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa merupakan tokoh sentral dalam Epos Mahabharata. Tentunya Kawan GNFI telah kenal mereka, bukan? Namun apakah Kawan juga telah mengenal putra-putra mereka? Yuk, kita simak.

Artikel ini akan membahas beberapa tokoh wayang putra putri Pandawa yang masyhur, yang seringkali tampil dalam lakon-lakon pewayangan.

HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS (16 Juni 2019)

Ams. 8:22-31; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Rm. 5:1-5; Yoh. 16:12-15

DITERBITKAN OLEH TIM KERJA KITAB SUCI – DPP. SANTO YOSEP PURWOKERTO

“Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yoh 16:15)

Bapak/Ibu/Sdr/i Sahabat Yesus

Minggu ini gereja di seluruh dunia merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Satu Allah Tiga Pribadi, yaitu Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Memulai permenungan saya akan Tritunggal Maha Kudus ini, saya teringat akan perkataan salah sorang romo dalam homilinya di Hari Raya Tritunggal Mahakudus beberapa tahun yang lalu. Romo memulai homilinya dengan mengatakan bahwa “mengurai dan menjelaskan Tritunggal Mahakudus tidaklah mudah. Memahami Tritunggal Mahakudus tidaklah mudah. Umat katolik jika ditanya atau diajak berdiskusi tentang Tritunggal Mahakudus pun ‘menghindar’”.

Lalu kalimat yang kurang lebih sama saya dengar kembali dalam homili romo yang lain saat perayaan ekaristi Hari Raya Tritunggal Mahakudus di gereja lain. Bahkan tidak jarang dulu Tritunggal Mahakudus ini menjadi bahan sindiran untuk umat Katolik, misalnya umat Katolik mempunyai tiga Allah. Namun seiring berjalannya waktu hal ini sudah sangat jarang saya dengar. Ini tidak berarti bahwa umat katolik sudah paham benar akan teologi Tritunggal Mahakudus, lalu dapat menjelaskan dengan gamblang. Saya yakin masih sangat banyak umat kita yang belum dapat menjelaskan akan Tritunggal Mahakudus ini dengan baik dan benar. Maka dari itu katekese tentang Tritunggal Mahakudus kiranya perlu terus menerus dilakukan. Bukan hanya saat pendampingan calon baptis, calon komuni pertama, calon krisma, atau saat romo homili dalam perayaan ekaristi hari raya Tritunggal Mahakudus, tetapi juga melalui media-media yang ada yang dapat kita gunakan sebagai sarana untuk berkatekese.

Bapak/Ibu/Sdr/i Sahabat Yesus

Injil yang kita dengar hari ini memberikan gambaran kepada kita tentang Tritunggal Mahakudus yang kita imani sebagai Satu Allah Tiga Pribadi. Kesatuan Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus dinyatakan oleh Tuhan Yesus “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.” (Yoh 16:15).

Dari ayat ini saya mencoba merefleksikan tentang apa sih yang Bapa punya? Allah Bapa mempunyai segalanya, yaitu sifat-sifat Allah yang maha rahim, maha murah, maha kuasa, maha pengampun, maha kasih, dan masih banyak lagi maha-maha yang lain. Dan itu semua juga dimiliki oleh Tuhan Yesus. Selain sifat-sifat, seluruh kehendak dan rencana Allah Bapa juga menjadi kehendak dan rencana Yesus, Sang Putra. Bagi saya ini sudah menunjukkan kesatuan antara Allah Bapa dan Allah Putra yang tidak dapat terpisahkan.

Lalu setelah Tuhan Yesus wafat dan naik ke sorga, Tuhan Yesus menepati janjinya dengan mengutus Roh Kudus-Nya untuk mendampingi para murid-Nya. Sangat jelas pada ayat tersebut oleh Tuhan Yesus dinyatakan bahwa Ia (Roh Kudus) akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku (Tuhan Yesus). Jadi apa yang Roh Kudus berikan kepada para murid dan juga kita semua, semuanya datang dari Tuhan Yesus sendiri. Seluruh kehendak dan rencana Allah Bapa dan Putra juga menjadi kehendak dan rencana Roh Kudus. Ini menunjukkan kesatuan antara Allah Putra dan Roh Kudus yang juga tidak dapat dipisahkan.

Singkatnya ketiga pribadi itu satu hakekat, memiliki sifat, kehendak dan rencana yang satu dan sama yakni kasih yang menyelamatkan kita. Yang berbeda hanya tugas atau peran yang dijalankan ketiga pribadi tersebut. Allah Bapa mencipta dan menyelenggarakan, Allah Putra menebus dan menyelamatkan, Allah Roh Kudus menyemangati dan menguduskan. Dengan demikian kesatuan antara Bapa, Putra dan Roh Kudus pun tidak terpisahkan. Sebuah pendekatan yang sederhana sekali, namun bagi saya itu sudah cukup untuk mengimani Tritunggal Mahakudus.

Bapak/Ibu/Sdr/i Sahabat Yesus

Merayakan Allah Tritunggal Mahakudus menjadi kesempatan bagi kita untuk semakin mengenal dan mengimani Allah yang satu yang mewujud dalam tiga pribadi dengan tugas atau peran masing-masing. Kita juga diajak untuk bersyukur atas pemberian Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus yang satu yakni kasih yang menyelamatkan kita. Pemberian itu mengundang tanggapan kita untuk menerimanya, mengimaninya dan terus menerus membangun kedekatan, bahkan kesatuan dengan kehendak dan rencana keselamatan Allah Tritunggal. Kita selaraskan hidup kita dengan sifat, kehendak dan rencana Allah itu. Kesatuan Allah Tritunggal juga mendorong kita untuk membangun kesatuan hidup dengan gereja dan bekerjasama dengan Allah Tritunggal dalam menghadirkan keselamatan di tengah dunia. Apakah kita sudah membangun kesatuan  dengan Allah Tritunggal dan gereja dalam hidup dan tugas pelayanan kita masing-masing?

Kategori:RENUNGAN, Renungan Minggu

Tagged as: Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus, Allah Tritunggal Mahakudus, Gereja, kasih, kesatuan, keselamatan, pribadi, Tritunggal

Wir verwenden Cookies und Daten, um

Wenn Sie „Alle akzeptieren“ auswählen, verwenden wir Cookies und Daten auch, um

Wenn Sie „Alle ablehnen“ auswählen, verwenden wir Cookies nicht für diese zusätzlichen Zwecke.

Nicht personalisierte Inhalte und Werbung werden u. a. von Inhalten, die Sie sich gerade ansehen, und Ihrem Standort beeinflusst (welche Werbung Sie sehen, basiert auf Ihrem ungefähren Standort). Personalisierte Inhalte und Werbung können auch Videoempfehlungen, eine individuelle YouTube-Startseite und individuelle Werbung enthalten, die auf früheren Aktivitäten wie auf YouTube angesehenen Videos und Suchanfragen auf YouTube beruhen. Sofern relevant, verwenden wir Cookies und Daten außerdem, um Inhalte und Werbung altersgerecht zu gestalten.

Wählen Sie „Weitere Optionen“ aus, um sich zusätzliche Informationen anzusehen, einschließlich Details zum Verwalten Ihrer Datenschutzeinstellungen. Sie können auch jederzeit g.co/privacytools besuchen.

Assalamu’alaikum, Sobat TARJIM, gimana kabar kalian? Baik semua, bukan? Semoga kalian selalu diberi tambahan ilmu oleh Allah. Nah, Wawasan Islam kali ini kakak akan share pada kalian tentang makhluk-Nya yang terbesar. Yaitu ‘Arsy. Mungkin sebagian kalian menyangka makhluk yang besar itu seperti gunung. Namun ternyata di sana terdapat makhluk yang jauh lebih besar dan hebat dibanding gunung yang kita lihat. Itulah ‘Arsy!! Tahukah kalian, apa itu ‘Arsy? Bagaimana besarnya? Yuk, kita ikuti bersama!

Apa yang dimaksud dengan ‘Arsy?

‘Arsy adalah makhluk Allah yang paling besar/agung. Ia adalah makhluk yang paling atas. Di atasnya Allah ﷻ bersemayam sesuai keagungan-Nya. ‘Arsy memiliki tiang-tiang yang dipikul oleh para Malaikat yang amat besar.

وَالْمَلَكُ عَلَىٰ أَرْجَائِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

Dan Malaikat-Malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan Malaikat memikul ‘Arsy Rabbmu di atas mereka. (QS. al-Haqqah: 17)

Ulama ahli tafsir menjelaskan, bahwa ‘Arsy itu benda nyata yang memiliki bentuk/ berfisik. Dan ialah makhluk Allah yang telah diciptakan sebelum penciptaan langit dan bumi.

‘Arsy adalah makhluk yang paling besar.

فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ

Dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang besar. (QS. at-Taubah: 129)

Besarnya ‘Arsy ini dapat kita gambarkan, bahwa ‘Arsy dipikul oleh 8 Malaikat sebagaimana ayat di atas. Sedangkan Nabi Muhammad menceritakan tentang besarnya Malaikat yang memikul ‘Arsy ini dengan mengatakan, “Aku diizinkan Allah untuk menceritakan tentang Malaikat-Malaikat pemikul ‘Arsy sesungguhnya jarak antara daun telinga Malaikat dengan pundaknya sepanjang/sejauh perjalanan 700 tahun. (HR. Abu Dawud, Shahih)

Lebih detail lagi Rasulullah menggambarkan besarnya ‘Arsy ini dalam sabdanya, “Tidaklah langit yang tujuh dan bumi yang tujuh dan apa yang ada di antara dan di dalamnya dibandingkan dengan Kursi Allah kecuali seperti lingkaran (gelang) yang dilempar ke tanah lapang. Sedang Kursi dengan apa yang ada di dalamnya dibandingkan dengan ‘Arsy seperti lingkaran (gelang) tersebut pada tanah lapang tersebut.” (Ash-Shahihah no. 109)

Allahu Akbar… !!Demikianlah ‘Arsy, singgasana Allah dan ciptaan-Nya yang paling besar. Ayat-ayat dan hadits-hadits tentang ‘Arsy ini harus kita imani sesuai dengan keterangan dari Allah dan Rasul-Nya, tanpa menolaknya, tanpa mengilustrasikan atau mengandai-andaikannya yang membuatnya keluar dari apa yang telah dijelaskan.

Untuk orang tua dan pendidik:

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ksatria Pandawa 5 adalah serial televisi kolosal Indonesia produksi Genta Buana Paramita yang ditayangkan perdana 11 Agustus 2014 di Trans TV. Serial ini dibintangi oleh Rico Verald, Selvi Kitty, dan Ario Gumilang.[1][2][3][4]

Gatotkaca, Ksatria Sakti yang Mampu Mengangkasa

Gatotkaca mungkin merupakan tokoh wayang Putro Pendowo yang paling popular diantara sepupu-sepupunya. Dalam pagelaran wayang orang, penonton mungkin juga mengenali penampilannya. Pria berbadan kekar dengan kumis melintang, Bajunya ada visual bintang besar keemasan, serta memiliki “backpack” untuk terbang.

Ia merupakan anak Bima dengan Dewi Arimbi, putri Kerajaan Pringgodani. Saat lahir, tali pusarnya tidak dapat dipotong, kecuali oleh sarung senjata Konta yang dimiliki oleh Adipati Karna. Ketika tali pusat dipotong, secara ajaib sarung senjata ini juga masuk kedalam pusarnya.

Bayi Gatotkaca ini juga dipersiapkan para dewa untuk melawan musuh dewata yang hendak menyerang kahyangan. Bayi ini dimasukkan dalam Kawah Candradimuka yang panas membara, sehingga segala kesaktian merasuki tubuhnya. Tak jarang ia disebut sebagai manusia dengan otot kawat dan tulang besi.

Gatotkaca menikah dengan Endang Pergiwa, yang merupakan saudara kembar dari Endang Pergiwati yang menjadi istri Pancawala. Endang Pergiwa adalah putri dari Arjuna yang juga pamannya.

Dalam Bharata Yudha, Gatotkaca menjadi Senapati pihak Pandawa untuk menghadapi Adipati Karna dari Awangga. Dalam perang tanding ini, Gatotkaca yang sedang melayang di udara, dilempar Tombak Konta milik Karna.

Senjata Konta menembus pusarnya, karena dulu tali pusatnya hanya dapat putus oleh sarung senjata Konta ini. Seolah olah Sang Konta ingin bersatu kembali dengan sarungnya yang sudah menyatu dalam tubuh Gatotkaca.

Sebelum tewas ia mengarah dan menjatuhkan dirinya ke arah kereta perang Karna. Melihat hal ini Karna langsung melompat dari keretanya. Saisnya tewas dan kereta perangnya juga hancur luluh lantak.