Stockholm Itu Dimana
Istilah stockholm syndrome sudah ada sejak tahun 1973
Istilah stockholm syndrome sudah ada sejak tahun 1973. Berawal dari kejadian perampokan di salah satu bank di Stockholm, Swedia. Dikutip Medical News Today, Jan Erik Olsson dan rekan narapidanya lainnnya melakukan perampokan serta menyekap empat pegawai bank. Mereka menyandera keempat orang tersebut di salah satu ruang brankas selama enam hari.
Menariknya, keempat korban itu justru punya hubungan emosional positif yang kuat dengan kedua pelaku. Setelah korban dibebaskan, mereka tidak ingin bersaksi di pengadilan. Bahkan, korban berupaya mengumpulkan dana untuk membela pelaku. Kriminologis dan psikiatris Nils Bejerot lantas mengungkapkan istilah stockholm syndrome sebagai respons psikologis yang muncul setelah kejadian penyekapan itu.
Hubungi Psikiater Ini Jika Mengidap Stockholm Syndrome
Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala Stockholm Syndrome, segera hubungi psikiater di Halodoc untuk mendapat saran perawatan.
Psikiater di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut psikiater di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
Itulah beberapa psikiater yang bisa kamu hubungi untuk bantu perawatan terkait Stockholm Syndrome. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar dapat segera ditangani.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Penyebab Stockholm Syndrome
Sejauh ini para peneliti tidak tahu pasti penyebab mengapa beberapa tawanan mengembangkan sindrom ini sedangkan yang lain tidak.
Bisa jadi keberadaan sindrom ini sebagai teknik coping nenek moyang peradaban masa lalu.
Di mana pada situasi tertentu, tawanan membangun ikatan emosional dengan penculiknya untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.
Teori lain menyebutkan bahwa situasi tawanan atau pelecehan sangat emosional. Korban bisa “terpaksa” menyesuaikan perasaan dengan pelaku untuk mengamankan keselamatannya.
Ketika tidak disakiti oleh pelakunya, korban mungkin merasa bersyukur dan bahkan memandang pelakunya sebagai orang yang penuh belas kasihan.
Apa itu stockholm syndrome?
Stockholm syndrome merupakan fenomena psikologis yang kerap terjadi pada korban penculikan atau penyanderaan. Dilansir Cleveland Clinic, stockholm syndrome merupakan respons psikologis yang muncul ketika korban berada dalam situasi yang sulit. Fenomena ini juga disebut bentuk pertahanan diri korban terhadap tindak kekerasan karena merasa lemah dan tidak berdaya dalam situasi tersebut.
Hal ini memungkinkan korban memiliki perasaan yang positif terhadap pelaku. Ada perubahan sikap yang melunak dan malah bersimpati kepada pelaku yang sudah melakukan tindak kejahatan. Kondisi ini bisa saja terjadi pada kasus kekerasan terhadap anak, pelatih dan atlet, hingga kekerasan dalam suatu hubungan.
Pembinaan Olahraga
Terlibat dalam olahraga adalah salah satu cara untuk membangun keterampilan dalam berelasi. Sayangnya, beberapa dari hubungan yang terbangun lewat pembinaan olahraga pada akhirnya berakhir negatif.
Teknik pelatihan yang keras bisa menjadi kasar. Atlet mungkin mengatakan pada diri sendiri bahwa perilaku pelatih mereka adalah untuk kebaikan mereka sendiri. Ini pada akhirnya dapat menjadi bentuk sindrom Stockholm.
Faktor yang Mendasari Timbulnya Stockholm Syndrome
Dalam suatu penyanderaan, para sandera umumnya akan merasa benci dan takut karena pelaku atau penculik kerap berlaku kasar, bahkan kejam. Namun, dalam kasus Stockholm syndrome, hal yang terjadi justru sebaliknya. Para korban justru merasa simpati terhadap pelaku.
Ada beberapa faktor yang mendasari munculnya Stockholm syndrome, di antaranya:
Para psikolog menduga jika Stockholm syndrome merupakan cara korban untuk mengatasi stres atau trauma yang berlebihan akibat penyanderaan.
Meski begitu, penelitian menyebutkan bahwa Stockholm syndrome tidak hanya berlaku pada situasi penyanderaan, tetapi juga bisa terjadi pada situasi tertentu, seperti pelecehan anak, pelecehan antar pelatih dan atlet, hubungan abusive, dan perdagangan seks.
Pembinaan Olahraga
Terlibat dalam olahraga adalah salah satu cara untuk membangun keterampilan dalam berelasi. Sayangnya, beberapa dari hubungan yang terbangun lewat pembinaan olahraga pada akhirnya berakhir negatif.
Teknik pelatihan yang keras bisa menjadi kasar. Atlet mungkin mengatakan pada diri sendiri bahwa perilaku pelatih mereka adalah untuk kebaikan mereka sendiri. Ini pada akhirnya dapat menjadi bentuk sindrom Stockholm.
Pengobatan Stockholm Syndrome
Penanganan untuk PTSD yang biasanya menggabungkan psikoterapi dan obat resep dapat mengatasi Stockholm syndrome. Psikoterapi akan membantu penderita Stockholm syndrome mengeluarkan isi hatinya. Terapis juga akan membantu pasien memahami beberapa hal seperti:
Psikiater juga bisa meresepkan obat untuk membantu pasien tidur dan mengurangi kecemasan atau gejala depresi. Obat ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan membantunya untuk kembali melakukan aktivitas sehari-hari seperti sedia kala.
Pencegahan Stockholm Syndrome
Sayangnya, tidak ada cara yang pasti untuk mencegah sindrom stockholm, mengingat kondisi ini berkembang sebagai respons terhadap trauma ekstrem, seperti penculikan atau kekerasan fisik dan mental.
Karena sindrom ini merupakan respons psikologis yang tidak dapat diprediksi, tindakan pencegahan cenderung sulit dilakukan.
Stockholm syndrome juga tidak terbatas hanya pada korban penculikan. Orang yang mengalami pelecehan fisik atau emosional dalam hubungan pribadi atau lingkungan kerja juga dapat mengembangkan perasaan serupa terhadap pelaku.
Menyadari atau memahami tanda-tanda awal dan mencari respon yang cepat terhadap trauma bisa membantu mengurangi risiko berkembangnya sindrom ini. Meski begitu, hal ini tidak sepenuhnya dapat dicegah.
Pengobatan Stockholm Syndrome
Secara teknis, sindrom ini belum diakui sebagai kondisi psikologis, sehingga tidak ada bentuk pengobatan standar. Namun, seperti pengobatan untuk PTSD, pengobatan sindrom ini umumnya melibatkan upaya konseling ke psikiater dan bentuk terapi psikologis, salah satunya pemberian obat-obatan.